Sejarah Letusan Gunung Ruang, Pernah Catat Tsunami Setinggi 25 Meter

Sejarah Letusan Gunung Ruang, Pernah Catat Tsunami Setinggi 25 Meter


Kepala Tim Pengamatan Gunung Api di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Heruningtyas, menyampaikan bahwa salah satu potensi bahaya letusan Gunung Ruang yang saat ini telah dinyatakan sebagai status "Awas" adalah ancaman tsunami.

"Rekomendasi dari status Awas ini mencakup radius 6 kilometer, sehingga sebagian kecil wilayah Pulau Tagulandang di bagian barat harus dievakuasi. Hal ini disebabkan oleh potensi tsunami yang mengancam di sebelah barat Pulau Tagulandang," ujarnya dalam konferensi pers daring pada Kamis, 18 April 2024.

Heruningtyas juga mengungkapkan bahwa dalam sejarah letusan Gunung Ruang, tsunami pernah terjadi dengan ketinggian mencapai 25 meter. "Dari catatan sejarah erupsi Gunung Ruang, tsunami yang terjadi mencapai ketinggian 25 meter dan berdampak pada beberapa ratus meter daratan di bagian barat daya Pulau Tagulandang," tambahnya.

Menurut data Badan Geologi, Gunung Ruang telah meletus setidaknya 16 kali sejak tahun 1808. Salah satu erupsi terjadi pada tahun 1808 yang menyebabkan gunung tersebut tertutup oleh material letusan, serta merusak sebagian besar Pulau Tangulandang di bagian barat dan selatan. Namun, tidak ada catatan korban manusia.

Kejadian tsunami akibat letusan Gunung Ruang tercatat terjadi pada tahun 1871. Menurut catatan Badan Geologi, erupsi tersebut dimulai dari gempa yang terjadi pada pertengahan Februari 1871. Pada 2 Maret 1871, terjadi longsoran di puncak gunung.

Pada malam 3 Maret 1871, gempa kembali terjadi diikuti oleh suara gemuruh, dan kemudian gelombang pasang melanda pantai Tangulandang. Gelombang tersebut diperkirakan mencapai ketinggian 25 meter dan menjangkau hingga 180 meter ke daratan Pulau Tangulandang. Gelombang pertama diikuti oleh gelombang kedua. Diperkirakan sekitar 300-400 orang tewas di Buhais akibat peristiwa ini. Erupsi Gunung Ruang kembali terjadi pada 9 dan 14 Maret 1871 yang menyebabkan semburan material berupa batu dan pasir. 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel